Ubi jalar bisa diolah menjadi makanan kemasan seperti mie dan biskuit yang dikonsumsi pelajar di sekolah.
JAKARTA, Jaringnews.com - Pemerintah perlu melakukan
sejumlah hal untuk menaikkan nilai ekonomi ubi jalar di Papua. Sebab, di
Papua sebenarnya sudah ada sistem ekonomi ubi jalar yang bisa
dimanfaatkan untuk hal tersebut.
“Sistem nenggi-kenggi tersebut mencakup dari hulu sampai hilir
saat ubi jalar sampai di meja makan,” kata Programme Assistant
Levelihood Oxfam, Kiloner Wenda, dalam diskusi buku Ubi Jalar Si Manis
Pemberi Kehidupan, di Jakarta hari ini.
Kiloner mengatakan bahwa dengan pengembangan tertentu, ubi jalar sebenarnya bisa menjadi energi alternatif. Juga menjadi sumber pendapatan yang berarti bagi masyarakat Papua. “Jadi, sesungguhnya ubi jalar bisa memiliki nilai pasar ataupun ekonomi yang berkelanjutan,” ia menjelaskan.
Kini di Papua, ia menambahkan ada kurang-lebih 257 jenis ubi jalar. Dan ini sangat variatif.
Ucap dia pula, melalui teknologi masa kini, ubi jalar bisa diolah menjadi makanan kemasan seperti mie dan biskuit yang dikonsumsi pelajar di sekolah.
Pemerintah pun perlu menyertifikasi lahan ubi jalar di Papua. Pun, perlu memberikan pelatihan manajemen usaha, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan. “Kualitas jalan dan transportasi pun perlu diperhatikan. Di kampung-kampung di Papua, produksi tinggi tapi tidak bisa diangkut ke lain tempat karena persoalan infrastruktur,” kata dia.
Yang lucu, kata dia, saat ini ubi jalar di Papua justru dianggap sebagai simbol kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Itu adalah hal yang sebenarnya kurang tepat. Sebab, sejak lama, bagi masyarakat Papua ubi jalar mengandung nilai spiritual, perdamaian, sejarah, dan menjadi tulang punggung mata pencarian.
Kiloner mengatakan bahwa dengan pengembangan tertentu, ubi jalar sebenarnya bisa menjadi energi alternatif. Juga menjadi sumber pendapatan yang berarti bagi masyarakat Papua. “Jadi, sesungguhnya ubi jalar bisa memiliki nilai pasar ataupun ekonomi yang berkelanjutan,” ia menjelaskan.
Kini di Papua, ia menambahkan ada kurang-lebih 257 jenis ubi jalar. Dan ini sangat variatif.
Ucap dia pula, melalui teknologi masa kini, ubi jalar bisa diolah menjadi makanan kemasan seperti mie dan biskuit yang dikonsumsi pelajar di sekolah.
Pemerintah pun perlu menyertifikasi lahan ubi jalar di Papua. Pun, perlu memberikan pelatihan manajemen usaha, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan. “Kualitas jalan dan transportasi pun perlu diperhatikan. Di kampung-kampung di Papua, produksi tinggi tapi tidak bisa diangkut ke lain tempat karena persoalan infrastruktur,” kata dia.
Yang lucu, kata dia, saat ini ubi jalar di Papua justru dianggap sebagai simbol kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Itu adalah hal yang sebenarnya kurang tepat. Sebab, sejak lama, bagi masyarakat Papua ubi jalar mengandung nilai spiritual, perdamaian, sejarah, dan menjadi tulang punggung mata pencarian.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Waktu Anda Untuk Berkomentar atas Berita ini