Oleh: Turius Wenda
Turius Wenda |
Issu genosida bagi ras malanesia paua barat
tidak di sangkal dan benar adanya. Selain pengorbanan dan pembentaian atas
perbedaan ideologi antara papua dan indonesia, juga banyak rakyat papua mati
dengan bentuk – bentuk yang lain.
Orang
Papua Mati atas jebakan separatisme atau Makar
Atas label separatis, OPM, Makar banyak
orang papua mati dengan sia-sia, pemerintah indonesia melalui aparat TNI/Polri
melegalitasikan diri dengan label separatis, makar, OPM. Pembunuhan atas dasar
ini, aparat memposisikan diri yang paling benar atas pembantaian mereka
terhadap orang papua. Di lihat dari sudut pandang yang sebenarnya adalah, orang
papua berada dalam jebakan label separatisme.
Di Situs Aljazeera oleh Jennifer
Robinson dengan judul The UN's
chequered record in West Papua
Melaporakan 500.000 orang papua Tewas dalam perjuangan kemerdekaan papua
dari indonesia.
“Had the UN properly discharged its mandate back then, West Papuans
would have celebrated more than 40 years of independence instead of having
endured nearly 50 years of oppression. In that time, it is estimated that as
many as 500,000 Papuans have been killed at the hands of Indonesian security
forces. Yale and Sydney Universities report that the situation is approaching
genocide. Papuan activists campaigning for self-determination are routinely
arrested and jailed for peacefully expressing their political opinions.”
sekalipun manusia papua berhak
berbicara dan melakukan segala sesuatu di atas tanah ini dan ini juga di sebaut
bagian dari pemusnahan ras malanesia (Genosida).
Orang
Papua Mati atas Jebakan Miras (Minuman Keras)
Hampir setiap hari pasti ada bunyi
mobil Ambulans, berita harian setiap hari pasti ada kematian orang papua karena
Miras, Semua jenis beralkohol di jual bebas di papua di banding dengan daerah
lain di indonesia, stok miras di papua juga berlabel khusu Irja, miras benar
membunuh saraf para konsumen sendiri dan kebanyakan anak-anak muda papua selalu
di konsumsi dan berakibat kematian, ini juga bagian dari pemusnahan ras
malanesia (Genosida).
Orang
Papua Mati Akibat HIV /AIDS.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Papua, Minggu 16 Desember 2012 Berita Online VivaNews
Melaporkan Penderita HIV/AIDS di Papua Tembus 13 Ribu Orang. Dari 13
ribu jiwa penderita HIV/AIDS di Papua, persentase Pria maupun perempuan
jumlahnya sama, yaitu 50:50. Kabupaten Mimika tercatat memiliki jumlah
penderita HIV/AIDS paling tinggi, sekitar 2.300 jiwa lalu diikuti oleh
Jayapura, Nabire dan Merauke.
Dan anehnya juga 150 Bayi
Papua Tertular HIV-AIDS di tahun 2012, Ratusan bayi itu bukan saja
hanya mengidap HIV, tapi juga AIDS," katanya. Jumlah penderita virus
mematikan HIV-AIDS di Papua terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun
sebelumnya jumlahnya di bawah 10 ribu jiwa, per Oktober di tahun 2012 ini telah
mencapai 13 ribuan jiwa. "Sebanyak 98 persen penyebarannya melalui
hubungan seks.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi
menyayangkan tingginya jumlah kematian
ibu melahirkan di Papua. Menurut dia, jumlah kematian itu masih tinggi bila dibandingkan daerah lainnya.
Nafsiah menyebutkan, sebanyak 320 dari
100 ribu ibu melahirkan di Papua meninggal. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebanyak 228 per 100 ribu ibu
melahirkaSelain soal kematian ibu, Nafsiah menyebutkan penderita
HIV di Papua juga masih tinggi. Jumlahnya berada di urutan kedua, di bawah
Jakarta. Padahal, jumlah penduduk di sana jauh lebih sedikit dibandingkan
daerah lainnya.penyakit tak menular seperti stroke diabetes, malaria, dan
kanker pun kini ikut mendominasi kematian di Papua. Dan ini juga bagian dari
Genosida.
Kematian
Orang Papua Akibat Busung Lapar atau Sakit
Ditahun 2012 aktivis Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) melaporkan 95 Orang
Diduga Tewas Kelaparan di Distrik Kwoor
Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Laporan AMAN telah di bantah
oleh pemerintah Daerah Papua barat dan kabupaten Tambrauw.
Pastor Jhon Djonga, tokoh Gereja
Katolik di Wamena, Papua. Juga melaporkan, 61 orang
warga Distrik Samenage, Kabupaten Yahukimo papua meninggal sejak pertengahan Januari sampai
akhir Maret lalu.
Dia menambahkan "Sebagian besar korban meninggal adalah
anak-anak dan perempuan, setelah mengalami sakit sekian lama dan tidak mampu
ditangani puskesmas setempat," kata Jhon.
Dia menyebut, kematian ini tidak terlepas dari standar kehidupan
warga setempat yang tidak memadai.
Namun Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Propinsi Papua,
meragukan informasi tentang kematian 61 orang secara beruntun di Distrik
Samenage, Kabupaten Yahukimo, seperti dilaporkan seorang tokoh Gereja Katolik
di Wamena, Papua. Dan ini juga bagian dari pemusnahan ras malanesia (Genosida).
Artikel ini sudah di terbitkan :Di Majalah Selangkah.Com
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Waktu Anda Untuk Berkomentar atas Berita ini