Sentani, 10/4 (Jubi) - Dalam kunjungan kerja,
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Hukum Republik Indonesia membawa
sejumlah menteri dari Jakarta ke Provinsi Papua untuk mengikuti
pelantikan Gubernur Papua, Selasa (9/4). Usai acara, para menteri ini
digiring untuk menyampaikan sejumlah desain pembangunan tentang Papua.
“Saya membawa sejumlah menteri ke Papua untuk menunjukan
perhatian khusus dalam pembangunan di Papua,” kata Menkopolhukam, Djoko
Suyanto dalam pertemuan dengan Muspida Provinsi Papua, Bupati dan
walikota se Papua, di Hotel Travellers Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu
(10/4).
Para menteri yang dibawa menkopolhukan masing-masing menteri
perekonomian, menteri kesehatan, menteri pendidikan, menteri Pekerjaan
Umum, menteri Perhubungan dan staf khusus Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat, Menteri lingkungan hidup serta staf ahli presiden.
Selain itu, Panglima TNI dan Kapolri juga ikut bersama rombongan
Menteri.
Para menteri itu menyampaikan sejumlah program afirmativ action
untuk Papua. Ada tiga program utama pembangunan Papua yang disampaikan
yakni pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Setelah menteri
mengatakan, program pembangunan ke Papua selalu menurut Jakarta untuk
itu para bupati dan walikota yang hadir diberi kesempatan menyampaikan
keluhan pembangunan daerahnya masing-masing.
Bupati Jayawijaya, Wempi Wetipo, atas nama bupati kawasan pengunungan
tengah menuturkan, kementerian perhubungan membantu perluasan bandara
Wamena, penyediaan pesawat perintis, dan subsidi tiket pesawat. “Kalau
kementerian perhubungan menyediakan kapal perintis, mengapa tidak
menyediakan pesawat perintis bagi rakyat di pengunungan?” tanya Wetipo.
Di bidang kesehatan, Wempi meminta pemerintah pusat bersama menteri
kesehatan membangun Poltekes (Polik Teknik Kesehatan) di wilayah
Pengunungan Tengah. Selain itu, meningkatkan status RSUD Wamena. “RSUD
Wamena ini rumah bersifat sakit rujukan kabupaten Pengunungan Tengah.
Dengan demikian, perlu mendapat perhatian khusus,” ujarnya.
Bupati Kabupaten Jayapura, Mathius Awoitauw mewakili bupati kawasan
wilayah Tabi mengatakan, selama ini ada kesenjagan di birokrasi
pemerintah dan adat. “Wilayah Tabi ini adatnya sangat kuat sehingga
terjadi pertentangan dengan pemerintah,” ungkapnya.
Menurut Mathius Awoitauw, program PNPM Mandiri kalau bisa memiliki
aturan hukum tesendiri. Kemudian, program yang tidak bersinegeri dengan
program pemerintah daerah diperhatikan. “Selama ini, PNPM Mandiri masuk
dengan programnya sendiri sehingga menjadi masalah,” tuturnya.
Sementara itu, kelompok kiri, Komite Nasional Papua Barat (KNPB)
menolak semua tawaran program pembangunan itu. KNPB menilai itu hanyalah
program kepentingan politik Jakarta. “Kami tetap tidak memberi masukan
atas semua itu. Karena, itu kontrak keptingan politik Jakarta. Rakyat
Papua mau solusi referendum,” tegas Wim Medlama, juru bicara KNPB. (Jubi/Mawel)a
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Waktu Anda Untuk Berkomentar atas Berita ini