Benny Wenda menuturkan lobi untuk memerdekakan Papua 
semakin intensif dan dikoordinasikan melalui kantor baru kelompok 
separatis Free West Papua di Oxford.
Sejak namanya dicabut dari daftar Red Notice 
Interpol pada 2012, pemimpin kelompok Papua Merdeka itu melakukan lobi 
ke berbagai negara, antara lain Australia, Selandia Baru, negara-negara 
lain di Pasifik dan awal pekan depan dijadwalkan berkunjung ke Amerika 
Serikat.
Ia menyebut kunjungannya ini sebagai tur dunia untuk menggalang dukungan.
"Secara politik kami harus merdeka dari bangsa 
Indonesia. Itu tujuan dari perjuangan saya, karena selama 50 tahun 
bersama Indonesia kami dibunuh, kami dipenjarakan, kami diintimidasi, 
kami dipukul," kata Benny Wenda dalam wawancara telepon dengan BBC pada 
Sabtu (18/05).
Pihak-pihak yang ia temui, lanjutnya, meliputi 
pemerintah, anggota parlemen, lembaga swadaya masyarakat maupun individu
 yang bersimpati.
Koordinasi di kantor baru
Ketika ditanya bagaimana ia menggalang dukungan 
sementara di Papua terdapat berbagai kelompok, Benny Wenda mengakui 
berbagai organisasi di Papua bergerak dengan cara dan gaya mereka 
sendiri.
"Karena di situ kami ada semua kesepakatan teman-teman, juga busy (sibuk) dan saya sendiri juga busy perjalanan. Saya sendiri juga baru kembali kemarin malam jadi saya tidak ada waktu." Benny Wenda
"Untuk internasional, bagaimana saya harus 
melakukan lobi-lobi secara damai untuk menyampaikan ke dunia bahwa 
perjuangan kami ini, kami menuntut hak kami secara damai supaya melihat 
kembali akar persoalan," jelasnya.
Prinsipnya ia berpendapat integrasi Papua ke 
wilayah Indonesia melalui penentuan pendapat pada 1969 adalah cacat 
karena hanya diwakili segelintir penduduk Papua.
Kampanye, menurut Benny Wenda, kini diharapkan 
dapat dikoordinasikan melalui kantor barunya yang dibuka pada 28 April 
lalu di Oxford, Inggris. Pembukaan kantor Free West Papua antara lain 
dihadiri oleh walikota setempat dan seorang anggota parlemen.
Pembukaan itu sontak menuai kecaman di Indonesia. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sampai merasa perlu Klik 
memanggil Duta Besar Inggris Mark Canning.
                     
Akses BBC ditolak
Menlu menyatakan pembukaan kantor kelompok yang 
mendukung Papua merdeka  berlawanan dengan hubungan persahabatan 
Indonesia dan Inggris. Namun Duta Besar Inggris mengatakan negaranya 
mendukung kedaulatan Indonesia dan tidak mendukung aksi kelompok yang 
berupaya untuk memerdekakan Papua.
BBC menyampaikan permintaan untuk melakukan 
wawancara dan memotret di kantor Free West Papua di Oxford, tetapi 
permintaan akses tersebut ditolak.
"Karena di situ kami ada semua kesepakatan teman-teman, juga busy (sibuk) dan saya sendiri juga busy
 perjalanan. Saya sendiri juga baru kembali kemarin malam jadi saya 
tidak ada waktu," kata Benny Wenda dalam wawancara lewat telepon. 
Ia juga menolak memberikan gambaran rinci 
mengenai kantornya dan hanya menyebutkan kantor dioperasikan oleh tujuh 
orang staf ditambah relawan.
Sumber: Wawancara BBC.UK 

 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Waktu Anda Untuk Berkomentar atas Berita ini